Yangsaya suka dari dongeng cerita bergambar di Let's Read yaitu tersedia fitur pengaturan teks yang membuat nyaman pembacanya. Berikut fitur baca yang disediakan Ler's Read: Antara gambar dan kata-kata ada pembatasnya. Bagian kata diberi kolom warna yang berbeda, bisa pilih warna putih, krem atau hitam. Cerita bergambar adalah susunan gambar-gambar yang dilengkapi teks dan membentuk suatu cerita. Komik adalah salah satu bentuk cerita bergambar. Cerita bergambar, biasanya tampil dalam format buku, bisa juga dengan selembar kertas, seperti cerita bergambar dalam sebuah poster. Cerita bergambar merupakan salah satu bagian dari gambar ilustrasi. Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilakukan ketika membuat cerita bergambar Alat dan media gambar Aktivitas menggambar secara fisik merupakan aktivitas yang memerlukan adanya keterampilan menggunakan alat-alat gambar. Alat menggambar tersebut adalah alat yang digunakan dalam proses menggambar. Contohnya, pensil, penghapus, penggaris, krayon, balpoint, cat air, spidol warna, kuas, valet, dan lain juga Menggambar Ilustrasi Berbeda dengan media gambar. Media gambar adalah sebuah tempat dimana gambar harus dibuat. Media gambar merupakan ruang menggambar yang harus sesuai dengan jenis gambar yang akan dibuat. Kalian tidak mungkin membuat cerita bergambar di media kanvas. Karena kanvas lebih cocok digunakan untuk lukisan cat minyak. Atau anda tidak bisa membuat gambar cat air, di media kertas hvs. Pasti cat airnya akan bocor di kertas dan gambarnya menjasdi tidak karuan. Yang tepat bila anda ingin membuat cerita bergambar gunakanlah kertas HVS. Contoh media gambar antara lain, kertas HVS, kertas karton, kanvas, kain, papan, dan lain sebagainya. Rekomendasi Persiapkan pensil, penghapus dan penggaris untuk membuat sketsa pewarna seperti pensil warna atau spidol warna untuk mengisi sketsa yang sudah dibuat. Persiapkan balpoint hitam untuk mempertegas gambar karakter gambar. Persiapkan kertas HVS yang akan digunakan sebagai media cerita bergambar. Baca juga Membuat Cerita Bergambar 2. Menciptakan Karakter Utama Sebuah cerita bergambar pasti ada karakter utamanya. Doraemon adalah karakter utama komik doraemon. Sinchan adalah karakter utama komik Sinchan. Naruto adalah karakter utama komik adalah karakter utama komik juga Karakter Kartun Karakter utama biasanya bukan hanya karakter manusia saja. Doraemon itu karakter kucing yang lucu. Spongebob itu spons cuci piring. Jadi bila anda ingin membuat karakter baru, anda bisa saja membuat karakter utama cerita bergambar yang bersumber dari batu, kursi, pisang, dan semua benda atau makluk hidup yang ada, yang bisa anda gambarkan seolah-olah hidup. tema cerita Tema cerita dalam cerita bergambar atau komik adalah dasar cerita atau apa yang dibicarakan dalam sebuah gambar. Tema cerita bersifat umum, meliputi keseluruhan isi cerita. Misalnya cinta, persahabatan, persilatan, drama, komedi, dan lain-lain. Cerita Menentukan percakapan apa yang akan dimasukan dalam cerita bergambar. Menentukan latar belakang tempat saat terjadinya percakapan dalam sebuah gambar. Itulah cara membuat konteks cerita bergambar. Sketsa gambar Sketsa gambar adalah gambar rancangan atau dasar bagi sebuah gambar sebelum diwarnai. Sketsa gambar merupakan tahap persiapan untuk menciptakan gambar seutuhnya. Sehingga ketika membuat sketsa gambar sebaiknya menggunakan pensil dulu, supaya mudah dihapus saat ada kesalahan menggambar. Membuat kolom gambar untuk sebuah cerita bergambar juga dapat dilakukan saat tahap membuat sketsa itu, mengatur proporsi dan komposisi gambar dapat juga dilakukan saat membuat sketsa gambar. Setelah sketsa gambar telah di buat, langkah selanjutnya tinggal mewarnai. Mewarnai gambar itu bisa dengan teknik arsis untuk memberikan kesan gambar gelap terang, blok untuk mempertegas warna, dan membuat gradasi warna. Sebaiknya gunakan pewarna kering, seperti pensil warna. Bisa juga pakai spidol tapi harus rapi. Untuk mempertegas gambar, setiap garis dipertegas dengan balpoint warna hitam atau spidol kecil warna Ariyandi Gunawan Guru Seni Budaya SMPN 2 CIBADAK Cobalahmembuat garis yang tepat dengan pensil dan penggaris di kertas sketsa sebelum membuat sketsa cerita. Jika ilustrasi Anda dapat menutup dua halaman, pastikan untuk menandai area yang akan dipakai sebagai ruas buku, dan hindari menggambar sketsa detail penting di ruang ini.

Cerita bergambar merupakan perpaduan antara gambar dan teks yang berbaur menjadi satu kesatuan yang mengandung keindahan dan cerita yang bermakna. Berikut adalah langkah-langkah dan tips membuat cerita bergambar a. Rancang artinya adalah membuat sketsa ide di atas lembaran-lembaran kertas berukuran kecil, berupa story board yang menggambarkan tata letak gambar dan teks sebelum dibuat sketsa dalam ukuran buku jadi. b. Komunikasi artinya tujuan dari gambar adalah memperjelas dan menambah bunyi teks, jelaskan apa yang ingin anda sampaikan dengan gambar, serta hindari penambahan ornamen dan adegan yang berlebihan dan tidak terdapat dalam teks. c. Komposisi artinya variasi gambar dalam halaman, serta perhatikan point of interest dalam gambar yaitu posisi dimana arah pandangan pembaca akan tertuju. d. Karakter dapat berupa manusia maupun hewan. e. Konsisten artinya karakter tokoh beserta pemandangan sekitarnya tetap konsisten. Kemiripan karakter harus tetap terjaga meski dalam berbagai pose. f. Detail yaitu gambar yang memperkaya ilustrasi namun jika terlalu banyak juga akan menganggu, gunakan gambar detail dengan bijak dan tetap fokus pada adegan dan karakter di dalamnya. g. Style yaitu gaya ilustrasi dan media yang digunakan adalah pilihan, yang penting untuk diingat bahwa tujuan utama buku bergambar yang akan dibuat adalah mengomunikasikan cerita dan mencuri perhatian target audiens. 10. Cerita Rakyat a. Definisi cerita rakyat Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beranekaragam mencakup kekayaan budaya dan kekayaan yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian disuatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang muncul dalam cerita rakyat umunmya diwujudkan dalam bentuk binatang manusia maupun dewa. Cerita rakyat menjadi bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki setiap bangsa. Jika digali dengan sungguh-sungguh, negeri kita sebenarnya berlimpah ruah cerita rakyat yang menarik. Bahkan sudah banyak yang menulis ulang dengan versi mereka masing-masing. Cerita rakyat juga merupakan suatu unsur kebudayaan nasional yang masih hidup dan berkembang disuatu daerah. Peranan cerita rakyat dalam masyarakat tidak perlu diasingkan lagi mengingat pentingnya nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya peranannya anatara lain sebagai penunjang perkembangan bahasa daerah, penunjang perkembangan bahasa, dan sastra Indonesia, pengungkap alam pikiran beserta sikap, dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat pendukungnya. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalu bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Dahulu, cerita rakyat diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya secara lisan. Dongeng rakyat atau legenda dapat dijadikan sebagai wadah untuk menyatakan harapan mereka mengenai kehidupan. Dongeng rakyat atau legenda mencerminkan ritual, kebiasaan, adat istiadat serta tradisi dari masyarakat. Hubungan kekeluargan, keyakinan dan ritual suku dicerminkan dalam karakter pada dongeng rakyat atau legenda pada zaman itu. Dongeng rakyat atau legenda diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Bercerita dan mendongeng adalah kegiatan yang bermanfaat untuk tumbuh kembang otak anak. b. Ciri-ciri Cerita Rakyat Disampaikan turun temurun, tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya, kaya akan nilai-nilai luhur, bersifat tradisional, memiliki banyak versi dan variasi, mempunyai bentuk-bentuk klise dalam susunan atau cara pengungkapkannya, bersifat anonim artinya nama pengarang tidak ada, berkembang dari mulut ke mulut, dan cerita rakyat sering disampaikan secara lisan Danandjaya, 2007 3. c. Macam-macam Cerita Rakyat 1. Fabel atau cerita binatang yaitu sebuah cerita rakyat yang tokoh pelakunya berupa binatang, dan binatang tersebut bisa berperilaku seperti manusia. Misalnya kancil yang cerdik dan serigala yang licik. 2. Legenda yaitu sebuah cerita yang berisi tentang asal-usul terjadinya suatu tempat, misalnya ausul danau Toba. 3. Mite adalah sebuah cerita yang berisi dewa dewi atau cerita sifatnya sakral dan penuh mistis misalnya kisah Nyi Roro Kidul. 4. Sage yaitu sebuah cerita yang isinya mengandung unsur sebuah sejarah, misalnya Rarajongrang. 5. Epos yaitu sebuah cerita kepahlawanan, misalnya Ramayana dan Mahabarata. 6. Cerita jenaka yaitu sebuah cerita yang menceritakan sebuah kebodohan atau sesuatu yang lucu, misalnya cerita Si Kabayan. d. Beberapa Contoh Cerita Rakyat Indonesia yang kaya akan cerita rakyat di setiap daerah dari sabang sampai merauke sudah tak asing lagi di telinga kita, beberapa cerita rakyat yang ada di Indonesia sudah dikemas dalam bentuk buku bergambar yang menarik perhatian anak-anak. Beberapa contoh cerita rakyat sebagai berikut a. Asal Mula Nama Kota Balikpapan Cerita rakyat ini berasal dari Kalimantan Timur dengan judul asal mula nama Kota Balikpapan, buku cerita rakyat ini dirancang oleh Thio Dhamma Kusuma, seorang mahasiswa Desain Komunikasi Visual Universitas Kristen Petra Surabaya. Dalam perancangannya iya menggunakan gaya visual manga untuk mengkomunikasikan ilustrasi cerita yang dikombinasikan dengan unsur-unsur daerah Indonesia yang menarik, dengan menonjolkan karakter utama dalam cerita agar anak-anak mampu mengingatnya. Dalam perancangan buku ini iya berharap agar buku cerita rakyat ini dapat mendidik anak-anak melalui pesan moral yang terkandung dalam isi cerita. Adapun kekurangan dari buku cerita rakyat ini adalah penampilan ilustrasi ceritanya menggunakan gaya manga dengan karakter tokoh dewasa yang tidak cocok dengan karakter anak-anak, selain itu penampilan layout yang masih sangat sederhana disertai dengan teks yang panjang membuat anak-anak bosan untuk membacanya. Gambar Buku Cerita Asal Mula Kota Balikpapan foto Sri Wulandari, Mei 2017, Samsung Galaxy b. Adaptasi Legenda Lutung Kasarung Lutung Kasarung adalah sebuah cerita yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Sunda, Jawa Barat Indonesia. Cerita ini mengisahkan perjalanan Sanghyang Gurumida dari kahyangan ke bumi dalam wujud seekor lutung, yaitu kera hitam berekor panjang. Ketika sampai di bumi iya tersesat di tengah lautan, itulah sebabnya iya dipanggil Lutung Kasarung yaitu kera yang tersesat. Di hutan iya bertemu dengan seorang putri bernama Purbasari, meskipun berwujud seorang Lutung namun iya berhasil menikahi Putri Purbasari. Buku cerita rakyat ini dirancang oleh Margaretta Nia Winata seorang mahasiswi Desain Komunikasi Visual Universitas Kristen Petra Surabaya. Buku ini berisikan adaptasi cerita Lutung Kasarung yang latarnya telah diubah menjadi lebih moderen, dengan tampilan gaya pop-up serta menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Penggambaran gaya visualnya menggunakan gaya manga. Adapun kekurangan dari buku ini adalah penggunaan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dimana target audiensnya adalah anak-anak unsia 8-12 tahun yang belum fasih dalam bahasa inggris, selain itu buku yang di tampilkan dalam bentuk pop-up sangat besar kemungkinan akan cepat rusak tanpa panduan dan arahan dari orang tua. Gambar Buku Cerita Legenda Lutung kasarung foto Sri Wulandari, Mei 2017, Samsung Galaxy c. Asal Usul Nama Pamboang Cerita rakyat ini berasal dari Sulawesi Barat. Tiga orang pemuda dari Kampung Benua, berniat memperluas permukiman dan ladang penduduk, termasuk membangun pelabuhan agar masyarakat lebih makmur. Mereka diberi gelar I Lauase, I Lauwella, dan I Labuqang. Gelar tersebut didapat sesuai dengan bidang yang mereka kerjakan dalam mewujudkan keinginan mereka itu. I Lauase bertugas membuka hutan menjadi ladang dengan menggunakan wase, yaitu sejenis kapak. I Lauwella bertugas membabat dan membersihkan wella atau rumput laut di pantai untuk dijadikan tempat perdagangan. Sementara itu, I Labuqang bertugas meratakan tanah di pantai yang berlubang-Iubang, karena ulah buqang atau kepiting. Gaya visual yang di gunakan dalam cerita ini adalah gaya kartun dengan penggunaan warna-warna cerah, namun gaya layout dalam buku ini digambarkan dalam bentuk buku komik yaitu ilustrasi yang disertai dengan balon-balon tulisan. Kelemahan dari buku ini adalah penggambaran visual objek dalam cerita yang menampilkan tokoh utamnaya dengan karakter yang mirip, sehingga susah untuk membedakan antara tokoh yang satu dengan yang lainnya. Gambar Buku Cerita Asal Usul Nama Pambonan foto Sri Wulandari, Mei 2017, Samsung Galaxy d. Cerita Rakyat Ande-Ande Lumut Ande-Ande Lumut merupakan cerita rakyat yang berasal dari Jawa. Dalam ceritanya dikisahkan Ande-Ande Lumut adalah nama samaran seorang pangeran yang bernama asli Panji Asmarabangun dari kerajaan Jenggala. Menurut cerita, Panji Asmarabangun melakukan penyamaran karena ingin mencari istrinya yang telah pergi meninggalkan istana. Gambar Ilustrasi cerita Ande-Ande Lumut sumber Maret, 2017 e. Kisah Ajisaka dan Asal Mula Aksara Jawa Merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannyapun menjadi suatu peninggalan yang patut untuk dilestarikan. Pada zaman dahulu kala, di Desa Medang Kawit, Desa Majethi, Jawa Tengah. Hidup seorang kesatria bernama Ajisaka. Dia seorang tampan dan memiliki ilmu yang sangat sakti. Ajisaka memiliki dua orang punggawa bernama Dora dan Sembada. Mereka berdua setia menemani Ajisaka. Suatu hari, Ajisaka ingin pergi berkelana, bertualang meninggalkan Pulau Majethi. Kemudian Ajisakapun pergi bersama dengan Dora. Sedangkan Sembada tetap tinggal di Pulau Majethi. Sebelum pergi Ajisaka berpesan kepada Sembada untuk menjaga keris pusaka Ajisaka dan membawanya ke Pegunungan Kendeng. Gambar Ilustrasi cerita Ajisaka dan Asal Mula Aksara Jawa sumber internet, Maret, 2017 f. Kisah Asal Mula Danau Toba Cerita ini berasal dari Sumatra Utara dikisahkan hiduplah seorang pemuda pengembara, ia mengembara ke berbagai negeri. Pada suatu hari, sampailah ia disuatu tempat yang alamnya sangat indah dan subur. Di sekitar tempat itu terdapat sebuah sungai yang jernih airnya. Pemuda itu tertarik untuk menetap di tempat itu. Dan ahirnya iapun membangun sebuah rumah sederhana tidak jauh dari sungai. Gambar Ilustrasi Cerita asal Mula Danau Toba sumber internet, Maret, 2017 B. Kajian Teori 1. Karampuang a. Lokasi Komunitas adat Karampuang terletak di Dusun Karampuang Desa Tompobulu Kecamatan Bulupoddo Kabupaten Sinjai. Daerah ini sebenarnya bertetangga dengan Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone. Kabupaten Sinjai adalah salah satu 23 Kabupaten dalam Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di pantai Timur bagian selatan jazirah Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 223 km dari Kota Makassar. Kabupaten sinjai memiliki luas 819,96 km, terdiri dari delapan kecamatan definitif dengan jumlah desa sebanyak 63 buah, 13 kelurahan definitif, 6 buah desa/kelurahan persiapan dan 323 buah dusun/lingkungan. Melihat kondisi alamnya dapat dikatakan bahwa daerah ini memiliki tiga dimensi karena meliputi alam pegunungan, alam pantai, dan pulau-pulau. Letak wilayah antara 5° sampai 5° Lintang Selatan dan antara 199° sampai 120°1000°, Bujur Timur Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai, 2013. Dusun Karampuang terletak di wilayah -5° 6° LS, +120° 6° khusus kondisi geografis Karampuang terletak di atas pegunungan dengan ketinggian sekitar 618 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 75 mm dan suhu udara rata-rata 23° C. Jarak dari pusat kota Sinjai sekitar35 Km, untuk mencapai kampung ini dapat menggunakan roda dua dan empatmelalui jalan beraspal yang sempit di lereng-lereng gunung dengan tikungan yang tajam. Kondisi geografis ini memungkinkan masyarakat lebih banyak mencari penghidupan disektor perkebunan. Gambar Akses Jalan Menuju Rumah Adat foto Sri Wulandari, Mei 2017, Samsung Galaxy b. Sejarah Karampuang Terbentuknya dusun karampuang tidak terlepas dari kehadiran sosok tidak dikenal di puncak sebuah bukit yang dikenal dengan Batu Lappa dan sangat dikeramatkan hingga kini yang dalam khasanah sejarah dan budaya Sulawesi Selatan dikenal dengan To Manurung. To artinya orang sedang Manurung artinya yang turun atau tiba-tiba muncul dan tak diketahui asal-usulnya. To Manurung sebagai sosok yang tidak dikenal tersebut membangkitkan kekaguman tersendiri dari seluruh warga yang datang menyaksikan sosok tak dikenal tersebut. Begitu kharismatiknya pada saat warga berbondong-bondong ke tempat kehadiran To Manurung tersebut, bulu kuduk warga merinding dan secara spontan merasakan karampulue yang artinya berdiri bulu roma. Kata karampulue akhirnya dijadikan menjadi nama Karampuang. Seiring dengan perjalanan waktu, kata karampulue menjadi Karampuang karena tempat tersebut sering digunakan sebagai tempat persinggahan raja-raja atau bangsawan Bone atau sering di panggil Puang serta bangsawan Gowa yang sering disapa dengan Karaeng. Perpaduan dua nama Puang dan Karaeng akhirnya karampulue menjadi Karampuang. To Manurung pertama ini akhirnya di daulat untuk menjadi pemimpin masyarakat Karampuang dan mencetak beberapa sawah yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat setempat hingga kini. Masa pemerintahan To Manurung ini sangat singkat karena tiba-tiba saja lenyap ditempat pertama kali dia dilihat oleh masyarakat dengan meninggalkan pesan yang sangat mendalam “eloka tuo tea mate, eloka madeceng tea maja yang artinya saya ingin hidup dan tak mau mati, saya ingin kebaikan dan menghindari kejelekan” pesan ini diterjemahkan oleh warga bahwa dia ingin bahwa apa yang telah ia lakukan tetap dilestarikan dan kelak menjadi modal utama masyarakat Muhannis, 2013 80-82. c. Sosial Budaya Sebagai masyarakat adat yang tetap lestari hingga kini, kehudupan sosial dan budaya Karampuang diatur berdasarkan hukum adat yang diturunkan turun-temurun melalui pesan tertulis yang disebut Lontara. Kehidupan sosial di Karampuang, menurut beberapa penulis atau peneliti sebelumnya mengatakan masih sangat tertutup, hal ini juga yang menjadi tantangan bagi penulis untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci tentang Karampuang. Masyarakat ataupun komunitas adat Karampuang dalam melengkapi peran adat tentunya dibutuhkan perangkat-perangkat adat yang bertugas untuk mempertahankan tradisi leluhur. Dalam menjalankan tugas yang telah digariskan oleh adat, perangkat adat yang dimaksud adalah sosok yang ditokohkan dan dipercaya untuk menjalankan tradisi leluhur. Untuk tugas ini masyarakat karampuang menyerahkan sepenuhnya kepada Tomatoa, Gella, Sandro, dan Guru. Keempatnya disebut “Eppa alliri tettepona hanuae” yang digambarkan dengan ungkapan dalam lontarak “Api tetteng Arung, tana tudang Ade, anging rekko Sanro, wae suju Guru” empat unsur kehidupan yakni api, tanah, udara, dan air keempat tokoh tersebut diikat dalam sebuah sumpah untuk menjalankan tugas dengan jujur dan sebaik-baiknya. Dengan demikian untuk menunjang kelagsungan hidup dan kesejahteraan perangkat adat di atas maka mereka berhak mengelolah galung arajang yang juga biasa disebut sebagai galung hara-hara dan dikerjakan secara gotong royong. Kepatuhan masyarakat demi kesejahteraan perangkata adatnya tergambar pada saat pengolahan dan penanaman pada galung arajang dimana masyarakat tidak bersedia menanami sawahnya sebelum galung arajang ditanami oleh masyarakat demikian pula pada saat panen. Dalam menjalankan tugas sebagai pemangku adat mereka tidak boleh diganti begitu saja. Jabatan mereka berlaku seumur hidup. Kecuali melakukan pelanggaran yang berat terhadap kemuliaan adat sebagai jabatan adat, maka jabatannya tidak mutlak diwariskan kepada anaknya melainkan boleh pada saudara-saudaranya, pamannya serta kerabatnya. Jabatan Tomatoa, Gella dan Guru harus dijabat oleh pria sedangkan Sanro harus dijabat oleh wanita. Komunitas adat Karampuang memiliki beberapa upacara adat yang terbagi dalam empat kategori besar dengan masing-masing memiliki penanggung jawab. Dalam pesan leluhurnya ada ungkapan yang mengatakan “Mappogau hanua Arungge, mabbissa lompui Gellae, makkaharua Sanroe, mattula balai Gurue” Seorang pemimpin dalam tradisi masyarakat adat Karampuang adalah panutan dari seluruh warganya yang disebut ana’. Untuk itu dalam radisi adat Karampuang pemimpin yang dipilih mempunyai kriteria khusus. Kriteria itu adalah Muhannis, 201348 1 Mabbali panggara telah menikah 2 Maumuru cukup umur, sekitar 35 tahun 3 Paisseng ri ade paham dengan adat 4 Nacoe tau berwibawa 5 Temmakara-kara tidak sedang berperkara 6 Mappalece membujuk Berikut adalah struktur lembaga adat karampuang yang dibagi menjadi empat tokoh adat dengan untuk menjadi pengganti d yang berbeda-beda Marson Maizi, 2013 23. a Tomatoa Arung to matoa menempati urutan pertama dalam struktur adat Karampuang. Arung adalam menjalankan fungsinya sebagai to Matoa didampingi oleh seorang Ana Malolo, yakni sebagai pabbicara dan juga merupakan putra mahkota atau pattoa. Kedudukan sebagai pattoa bukanlah mutlak untuk menjadi pengganti dari Arung, tetapi hanya sebagai juru bicara dari Arung. b Gella atau Perdana Mentri Jabatan kedua di duduki oleh Gella. Dalam menjalankan jabatan ini, selain sebagai pelaksana adat masih ada dua jabatan penting yang merupakan bagian tugas yakni sebagai Makkuasa ri tana rakko dan laritana. Sebagai makkuasa ri tana rakko, Gella bertugas untuk menyelesaikan persoalan rumah tangga, perselisihan, gotong royong. Sedangkan sebagai lari tana, Gella harus mengadili perkara yang berhubungan dengan tanah, seperti sengketa tanah pemukiman atau tanah milik warga. Dalam mengadili perkara Gella tidak berhak untuk memutuskan siapa pemenang atau kalah dalam perkara. Semua itu adalah wewenang penuh dari To Matoa. Namun demikian, Gella dalam menjalankan fungsinya sebagai jaksa, maka dia selalu berupaya untuk tidak sampai perkara ini diputuskan oleh To Matoa. Olehnya itu Gella hanya berupaya untuk mendamaikan. Adapun Gella yang pernah menjalankan jabatan ialah Salaka, Takkuru, To Baco, To Lebu, Tenreng, Nyoma, Sanro. Pada saat ini yang menjabat ialah Puang Manga. c Sanro Jabatan yang paling penting dalam hal yang sifatnya ritual ditangani oleh Sanro, dimana diyakini sangat berperan memiliki kemampuan berhubungan dengan arwah leluhur bagi masyarakat setempat, Sanro diyakini sebagai figur yang dapat menghubungkan seluruh pendukung budaya Karampuang dengan leluhurnya. Dengan segala kemampuannya, Sanro juga diyakini mampu mengetahui keberhasilan dan kegagalan panen berikutnya. Secara garis besar tugasnya disebut dengan makkaharu, yakni sebagai pemimpin upacara adat seperi mabbissa loppo, pappole hajja, mappalesso ase, mappatinro bine, mappogau hanua dan ballisumange. Sanro sebagai pemimpin ritual selalu dijabat oleh wanita yang saat ini dijabat oleh Puang Jenne, sebelumnya dijabat oleh puang Ceba, Itimo, Sani dan Lumu. d Guru Dalam kehidupan bermasyarakat, hadirnya sebuah bencana tidak dapat dielakkan. Untuk itu maka diperlukan peranan Guru yang dalam tugas adatnya disebut mattola bala. Guru adalah tokoh yang bertugas untuk menjauhkan Karampuang dari bencana melalui doanya yang diakui makbul. Selain mattola bala, Guru juga bertugas untuk memimpin upacara keagamaan seperi maulid dan lebaran. Jabatan Guru mula-mula dijabat oleh Battara Guru, Puang Urekkeng, Hajji Tadang, Cimbo, Karang, Puang Mading, Puang Ruma dan Puang Kacong. Selain empat jabatan diatas, pada dasarnya terdapat beberapa jabatan lain yang takkalah pentingnya yaitu, ana malolo Arung dan ana malolo Gella yang bertugas membantu Tomatoa dan Gella dalam menyampaikan keinginan-keinginan Tomatoa dan Gella kepada masyarakat luas dan juga berfungsi sebagai hakim dalam memutuskan sebuah perkara dalam masyarakat adat. Jabatan-jabaan lain, terutama pada saat pelaksanaan upacara mappigau sihanua, upacara ini merupakan pesta adat terbesar di Kabupaten Sinjai. d. Upacara Adat Mappogau Sihanua Upacara adat mappogau hanua pesta kampung adalah merupakan suatu upacara adat terbesar yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat pendukung kebudayaan di Karampuang. Upacara tersebut berlangsung sangat meriah, diikuti oleh ribuan orang dan dipusatkan dalam kawasan adat. Upacara tersebut berlangsung dalam beberapa tahapan. Dalam proses adat mappogau hanua yang berdimensi sangat luas dan memiliki makna yang bermacam-macam pula, maka pelaksanaannya juga melibatkan jabatan-jabatan lain dalam pelaksanaannya. Arung atau Tomatoa hanya memimpin ritual tertinggi yakni di dalam emba Marson Maizi, 201324. Adapun urutan-urutan pelaksanaan upacara adat mappogau hanua adalah sebagai berikut 2. Mabbahang adalah musyawarah adat yang melibatkan seluruh komponen masyarakat. Inti acara ini adalah mattanra esse yakni menemukan hari H pelaksanaan upacara adat. Dalam penentuan hari, hanya ada dua hari yang dianggap baik yakni hari senin dan kamis sesuai dengan perhitungan adat mereka. 3. Mappatoa adalah sebuah ritual permohonan izin atau restu untuk melaksanakan upacara adat yang tergolong akrab ini. 4. Mabbaja-baja adalah kewaiban seluruh warga untuk membersihkan pekarangan rumah, membersihkan sekolah, pasar, jalanan, sumur, dan yang paling penting adalah lokasi upacara. 5. Menre’ ri bulu adalah ritual yang dilaksanakan di atas gunung dengan diawali prosesi yang rumit. Malam hari menjelang pelaksanaan sudah dinyatakan siap termasuk makanan yang akan disantap oleh para tamu yang datang. 6. Mabbali sumange’ ritual ini bisa juga disebut dengan massulo beppa adalah suatu acara dimana masyarakat setempat menyiapkan kue tradisional yang dibuat khusus, serta menyiapkan daun-daunan untuk pembuatan obat tradisional kepada seluruh warga pendukung kebudayaan tersebut. 7. Malling yaitu tahapan terakhir dari upacara adat ini disebut dengan malling atau berpantang yang dimulai tiap hari setelah acara bali sumange. Gambar Ritual Adat Mappogau Hanua sumber Mei 2107 Gambar Ritual Adat Mappogau Hanua Sumber Mei 2017 Pesta adat mappogau hanua secara garis besar adalah untuk mengenang leluhur mereka, sebagai bagian dari kehidupan kepetaniannya. Persembahannya yang dilakukan oleh mereka adalah suatu upaya mendekatkan diri mereka kedalam sukma leluhurnya yang memberikan suatu tanah yang subur, yang menuntun mereka dalam kehidupannya, adapun nilai-nilai yang terkandung dalam upacara mappogau hanua adalah sebagai berikut Muhannis, 2013 68 1 Nilai solidaritas/persatuan Sebagai suatu pesta yang sangat meriah dan membutuhkan waktu lama,

Liputan6com, Jakarta Cara membuat komik bisa membantu para kreator menuangkan bakatnya. Komik termasuk bacaan favorit, terutama bagi para anak muda. Komik adalah bentuk visual dari bercerita yang memadukan gambar dengan teks. Cara membuat komik sering disajikan secara berurutan dalam panel, berupa bingkai yang menceritakan satu ketukan cerita. Meskipun sangat mungkin untuk membuat buku komik

Unduh PDF Unduh PDF Menulis cerita anak membutuhkan imajinasi yang kuat dan kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang anak-anak. Anda mungkin perlu menulis cerita anak untuk keperluan kelas atau proyek pribadi. Untuk menulisnya, mulailah dengan melakukan curah pendapat mengenai topik yang dirasa menarik bagi anak-anak. Setelah itu, tulislah cerita dengan bagian pembuka yang memukau, gunakan alur yang kuat, dan cantumkan moral cerita. Pastikan Anda juga menyempurnakan cerita setelah selesai menulis draf agar cerita tersebut dapat menarik para pembaca muda. 1 Kenali kelompok usia yang menjadi target pembaca Anda. Cerita anak sering kali ditulis untuk kelompok usia tertentu. Apakah Anda ingin menulis cerita untuk balita? Atau anak-anak yang sudah lebih tua? Cobalah cari tahu apakah target pembaca adalah anak-anak dengan kelompok usia 2-4, 4-7, atau 8-10 tahun. Penggunaan bahasa, nada/suasana, dan gaya cerita akan berubah berdasarkan kelompok usia yang menjadi target Anda. [1] Sebagai contoh, jika Anda menulis cerita untuk kelompok anak berusia 2-4 atau 4-7 tahun, Anda perlu menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan kalimat yang sangat pendek. Jika Anda menulis cerita untuk kelompok anak usia 8-10 tahun, gunakan bahasa yang sedikit lebih kompleks dan kalimat yang lebih panjang dari empat atau lima kata. 2 Manfaatkan kenangan masa kecil sebagai inspirasi cerita. Pikirkan tentang kenangan masa kecil yang mengasyikkan, aneh, atau menakjubkan. Gunakan kenangan tersebut sebagai dasar cerita anak yang ingin ditulis. Sebagai contoh, mungkin Anda perlu mengalami hari yang aneh ketika duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar. Anda bisa mengubah pengalaman tersebut menjadi cerita yang menghibur. Anda juga mungkin pernah berkunjung ke luar negeri ketika masih sangat kecil dan mendapatkan pengalaman/cerita dari kunjungan tersebut yang akan disukai oleh anak-anak. 3 Pilih satu objek biasa dan buatlah objek tersebut menjadi hal yang fantastis. Pilihlah aktivitas atau kejadian sehari-hari dan tambahkan unsur-unsur unik pada aktivitas/kejadian tersebut. Jadikan satu objek sebagai hal fantastis dengan memasukkan elemen aneh atau magis ke dalamnya. Gunakan imajinasi Anda untuk mencoba melihat hal tersebut dari sudut pandang anak-anak. [2] Sebagai contoh, Anda bisa memilih hal seperti kunjungan ke dokter gigi dan membuatnya fantastis dengan menghidupkan mesin-mesin yang digunakan di ruang praktek. Anda juga bisa memanfaatkan pengalaman pertama berkunjung ke laut sebagai ide cerita dan membuatnya fantastis dengan menampilkan sosok anak-anak yang menjelajahi lautan dalam. 4 Pilih tema atau ide cerita. Adanya tema utama pada cerita membantu Anda mendapatkan ide. Fokuslah kepada tema seperti cinta, kehilangan, identitas, atau persahabatan dari sudut pandang anak-anak. Pikirkan cara pandang anak terhadap tema yang dipilih, kemudian jelajahi tema tersebut lebih jauh.[3] Sebagai contoh, Anda bisa menelusuri tema persahabatan dengan berfokus kepada hubungan antara seorang anak perempuan dengan kura-kura peliharaannya. 5 Buatlah karakter utama yang unik. Terkadang, cerita anak bergantung kepada karakter utama yang unik dan bisa anak-anak kaitkan dengan dirinya sendiri. Pikirkan tentang jenis karakter yang tidak sering ditampilkan di cerita anak. Buatlah karakter yang unik menggunakan sifat-sifat anak atau orang dewasa yang menarik dan bisa Anda temukan di dunia nyata. [4] Sebagai contoh, Anda mungkin melihat bahwa tidak banyak cerita anak yang menampilkan sosok anak perempuan berkulit gelap atau dari etnis lain selain etnis/ras mayoritas sebagai karakter utama cerita. Anda bisa membuat karakter utama yang mengisi kekosongan tersebut. 6 Berikan satu atau dua sifat/tabiat yang menonjol pada karakter utama. Buatlah karakter utama tampak menonjol bagi pembaca dengan memberikan karakter fisik yang unik, seperti gaya rambut, jenis pakaian, atau gaya berjalan tertentu. Anda juga bisa memberikan kepribadian khusus pada karakter utama, seperti berhati baik, menyukai tantangan, dan cenderung mendapatkan masalah.[5] Sebagai contoh, Anda bisa menciptakan karakter utama yang selalu mengepang rambutnya dan terobsesi dengan kura-kura. Atau, Anda juga bisa menciptakan karakter utama yang memiliki bekas luka yang jelas di tangannya akibat terjatuh dari pohon. 7 Buatlah permulaan atau pembuka cerita. Buatlah alur cerita dalam enam bagian, dimulai dari eksposisi atau bagian perkenalan. Pada bagian ini, Anda memperkenalkan latar, karakter utama, dan konflik. Mulailah dengan menampilkan nama karakter dan menjelaskan tempat atau lokasi tertentu. Setelah itu, Anda bisa membuat garis besar keinginan atau tujuan karakter, serta rintangan atau masalah yang harus ia hadapi. [6] Sebagai contoh, Anda bisa menulis bagian perkenalan seperti Alkisah, ada seorang anak perempuan bernama Asri yang menginginkan hewan peliharan. Asri menemukan seekor kura-kura di telaga dekat rumahnya. 8 Tampilkan insiden yang memicu emosi/masalah awal konflik. Insiden ini merupakan kejadian atau keputusan yang mengubah atau memberikan tantangan pada karakter utama. Insiden ini bisa ditimbulkan/datang dari karakter lain. Jika mau, insiden juga bisa disebabkan oleh institusi/lembaga tertentu mis. sekolah atau tempat kerja, atau alam mis. badai atau tornado. Sebagai contoh, Anda bisa menampilkan insiden seperti Ibu Asri berkata bahwa ia tidak boleh memiliki hewan peliharaan karena tanggung jawabnya terlalu besar. 9 Tampilkan tahap kenaikan konflik rising action. Pada tahap ini, Anda mengembangkan karakter utama dan menelusuri hubungannya dengan karakter lain dalam cerita. Tunjukkan kehidupannya di tengah insiden yang ada. Jelaskan caranya menghadapi atau menyesuaikan diri dengan insiden yang terjadi. Sebagai contoh, Anda bisa menulis Asri menemukan seekor kura-kura dan menyembunyikannya di dalam tasnya. Ia membawanya ke mana pun secara diam-diam agar ibunya tidak tahu. 10 Tampilkan puncak konflik atau klimaks yang dramatis. Puncak konflik atau klimaks merupakan titik tertinggi dalam cerita. Pada tahap ini, karakter utama harus membuat keputusan atau pilihan besar. Tahap ini biasanya penuh dengan “drama” dan menjadi bagian paling menarik dalam cerita. Sebagai contoh, Anda bisa menulis klimaks cerita seperti Ibu asri menemukan kura-kura di dalam tasnya dan mengatakan bahwa ia tidak boleh memeliharanya. 11 Cantumkan tahap penurunan konflik. Pada tahap ini, karakter utama menghadapi hasil keputusannya. Ia mungkin perlu mengubah sesuatu atau membuat keputusan. Karakter utama juga bisa bergabung dengan karakter lain pada tahap alur ini. Sebagai contoh, Anda bisa menuliskan Asri dan ibunya bertengkar, dan kura-kura itu kabur. Setelah mengetahui bahwa kura-kura tersebut kabur, Asri dan ibunya segera mencarinya. 12 Akhiri cerita dengan resolusi. Tahap ini berfungsi untuk menutup cerita. Resolusi berfungsi untuk memberi tahu pembaca apakah karakter utama berhasil atau gagal mencapai tujuannya. Mungkin karakter utama di cerita Anda berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan, atau justru berkompromi dengan dirinya sendiri setelah mengalami kegagalan. Sebagai contoh, Anda bisa menulis resolusi cerita seperti Asri dan ibunya menemukan kura-kura tersebut di telaga. Mereka kemudian melihat kura-kura tersebut berenang menjauh. 13 Bacalah contoh cerita anak. Dapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai genre ini dengan membaca contoh cerita anak yang sukses/terkenal. Cobalah baca cerita yang berfokus kepada demografi atau kelompok usia anak yang Anda jadikan sebagai target pembaca. Anda bisa membaca cerita-cerita seperti Bawang Merah, Bawang Putih Serial Kisah dari Taman Wortel oleh Neil Connelly Timun Mas dan Raksasa Hijau Kisah si Kancil dan Buaya Iklan 1 Buatlah bagian pembuka/perkenalan yang menarik. Mulailah dengan satu kalimat yang bisa langsung menarik perhatian pembaca. Gunakan gambaran unik mengenai karakter utama sebagai pembuka. Tunjukkan tindakan yang dilakukan karakter tersebut. Bagian pembuka harus menentukan suasana cerita dan memungkinkan pembaca untuk menebak cerita. [7] Sebagai contoh, Anda bisa melihat bagian pembuka cerita “Si Kecil dan Buaya” “Alkisah, si kancil yang cerdik sedang duduk dan bersantai di bawah pohon. Ia menikmati suasana hutan yang sejuk dan rimbun. Tiba-tiba, perutnya mulai keroncongan….” Bagian pembuka ini menampilkan sifat, suasana, dan elemen unik pada karakter “kancil”. 2 Gunakan bahasa yang berkaitan dengan pancaindra dan tampilkan banyak detail. Hidupkan karakter utama dengan berfokus kepada apa yang ia lihat, cium, sentuh, rasakan, dan dengar. Gunakan pula bahasa yang mencerminkan pengalaman indra tersebut agar para pembaca tetap tertarik kepada cerita Anda.[8] Sebagai contoh, Anda bisa menggambarkan latar cerita sebagai tempat yang “tenang dan sejuk” atau “panas dan berdebu”. Anda juga bisa menggunakan kata atau efek suara seperti “pecah”, “meledak”, atau “mendesing” agar para pembaca terhibur dengan cerita Anda. 3 Tambahkan rima pada cerita. Tarik perhatian para pembaca dengan menyisipkan kata berima pada cerita. Cobalah buat dua kalimat berima, dengan rima pada akhir dari setiap kalimat. Anda juga bisa memasukkan rima pada kalimat yang sama, seperti, “Ia menemukan intan berlian” atau “Gadis itu melihat bintang di langit petang”. [9] Anda bisa menggunakan rima sempurna. Dalam hal ini, dua kata yang berima memiliki bunyi vokal dan konsonan yang serasi. Sebagai contoh, kata “suka” dan “duka” dapat menjadi rima yang sempurna. Anda juga bisa menggunakan rima tak sempurna. Dalam hal ini, hanya bunyi vokal atau konsonan saja yang serasi. Sebagai contoh, kata “bumi” dan “sunyi” dapat menjadi pasangan rima tak sempurna karena hanya bunyi vokal “i” saja yang sesuai. 4 Gunakan repetisi atau pengulangan. Tonjolkan bahasa dalam cerita dengan mengulangi kata atau frasa kunci di sepanjang cerita. Pengulangan membantu para pembaca untuk tetap tertarik dan mengingat cerita yang ditulis. [10] Sebagai contoh, Anda bisa mengulang pertanyaan seperti “Di mana si pus?” di sepanjang cerita. Anda juga bisa mengulangi frasa seperti “Astaga!” atau “Akhirnya datang juga!” untuk menjaga alur atau “energi” pada cerita. 5 Cantumkan aliterasi, metafora, dan simile. Majas aliterasi mengacu pada penggunaan huruf konsonan yang sama pada setiap kata, seperti pada frasa “Kumba si Kucing Kumal” atau “Denting dawai Dewi”. Aliterasi dapat menjadi elemen yang menarik untuk menambahkan rima pada tulisan dan membuat cerita menarik bagi anak-anak. [11] Metafora mengacu kepada perbandingan dua hal. Sebagai contoh, Anda bisa mencantumkan metafora seperti “Bintang adalah mata dewa yang berkedip di langit.” Simile mengacu kepada perbandingan dua hal yang menggunakan kata sambung “seperti” atau “bagai”. Sebagai contoh, Anda bisa mencantumkan simile seperti “Ia bagaikan burung dalam sangkar emas.” 6 Buatlah karakter utama menghadapi konflik tertentu. Elemen penting dalam cerita yang baik adalah konflik. Pada tahap ini, karakter utama harus melewati rintangan atau masalah agar berhasil mendapatkan sesuatu. Tampilkan satu konflik saja yang konkret dan jelas untuk pembaca dalam cerita Anda. Karakter utama dalam cerita mungkin harus menghadapi masalah penerimaan oleh orang lain, masalah keluarga, atau masalah perkembangan fisiknya. [12] Konflik umum lainnya yang ditampilkan di cerita anak adalah rasa takut terhadap sesuatu yang belum diketahui, seperti pembelajaran keahlian baru, kunjungan ke tempat baru, atau pengalaman tersesat. Sebagai contoh, Anda bisa menampilkan karakter utama yang kesulitan untuk berbaur dengan teman-temannya di sekolah sehingga ia menjadikan seekor kura-kura sebagai sahabat terbaiknya. Anda juga bisa menampilkan karakter utama yang takut dengan ruang bawah tanah atau loteng di rumahnya dan belajar untuk melawan rasa takutnya tersebut. 7 Tampilkan moral cerita dalam cara yang menarik dan menginspirasi, tanpa terkesan “mengajari”. Kebanyakan cerita anak menampilkan akhir yang bahagia dan menginspirasi dengan moral cerita. Hindari pembuatan moral cerita yang terasa terlalu “berat” untuk anak-anak. Moral yang ditampilkan secara sepintas dirasa lebih efektif dan tidak terlalu “eksplisit” bagi para pembaca. [13] Cobalah tunjukkan moral cerita melalui tindakan karakter. Sebagai contoh, Anda bisa menampilkan karakter Asri dan ibunya berpelukan di pinggir telaga ketika si kura-kura berenang menjauh. Tindakan ini dapat mencerminkan moral cerita berupa pencarian dukungan emosional melalui keluarga, tanpa memberi tahu pembaca secara eksplisit mengenai moral cerita itu sendiri. 8 Buatlah ilustrasi untuk cerita Anda. Kebanyakan buku cerita anak dilengkapi dengan ilustrasi untuk menghidupkan cerita secara visual. Anda bisa mencoba membuat sendiri illustrasi cerita atau menyewa jasa ilustrator. [14] Pada banyak buku cerita anak, ilustrasi yang ditampilkan memiliki setengah peran penting dalam menyampaikan cerita kepada pembaca. Anda bisa menampilkan detail karakter seperti pakaian, gaya rambut, ekspresi wajah, dan warna pada ilustrasi cerita. Biasanya, ilustrasi untuk buku anak dibuat setelah cerita selesai ditulis. Dengan cara ini, ilustrator bisa menggambarkan berdasarkan konten di setiap adegan atau baris cerita. Iklan 1Bacalah cerita dengan lantang. Setelah selesai menulis draf, bacakan draf tersebut dengan lantang kepada diri sendiri. Dengarkan bunyi atau cerita tersebut. Perhatikan apakah ada penggunaan bahasa yang terlalu rumit atau tinggi bagi kelompok usia target pembaca. Perbaiki cerita agar mudah dibaca dan diikuti oleh anak-anak. 2Tunjukan cerita yang ditulis kepada anak-anak. Dapatkan umpan balik dari kelompok usia target pembaca. Mintalah adik, anggota keluarga yang masih kecil, atau anak-anak di sekolah Anda untuk membaca cerita yang Anda tulis dan memberikan tanggapan. Sesuaikan cerita dengan tanggapan yang diberikan agar cerita lebih menarik dan mudah dipahami/dikaitkan dengan anak-anak. [15] 3Revisi panjang dan kejelasan cerita. Baca kembali draf dengan hati-hati dan pastikan cerita tidak terlalu panjang. Biasanya, cerita anak yang paling efektif adalah cerita yang singkat dan tidak bertele-tele. Kebanyakan cerita anak terdiri atas teks yang sangat singkat. Meskipun singkat, teks pada cerita dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menyampaikan cerita. 4 Cobalah terbitkan cerita yang Anda tulis. Jika Anda menyukai cerita yang ditulis, Anda bisa mengirimkannya ke penerbit buku anak. Buatlah surat pengajuan cerita anak yang Anda tulis dan kirimkan ke editor atau pihak penerbit. Anda juga bisa mencoba menerbitkan sendiri buku yang ditulis dan menjualnya kepada para pembaca melalui internet. Iklan Tentang wikiHow ini Halaman ini telah diakses sebanyak kali. Apakah artikel ini membantu Anda?

Selainformat cerita bergambar, Anda dapat mengaplikasikan template komik untuk membuat cover buku. Bagaimana cara membuat sampul buku komik yang bagus? Pertama, tentukan dimensi sampul buku komik Anda. Buat desain judul, lalu sesuaikan dengan seni sampul. Pastikan nada dan kualitas komik telah sesuai dengan sampul, lalu gunakan kontras

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Menjelang libur semester, atau mungkin sudah libur, membuat saya ingin menulis terutama mengenai salah satu mata kuliah yang saya ampu kemarin, yaitu sastra anak. Profesi saya sebagai dosen memang menuntut saya untuk dapat mendalami dan menguasai setiap mata kuliah yang saya ampu, walaupun mungkin saya sudah mempelajari sebelumnya di bangku kuliah kali ini, khusus mata kuliah sastra anak di tempat saya mengajar yaitu Universitas Pamulang, saya berniat tidak hanya memperkenalkan kepada mahasiswa saya mengenai teori saja, namun juga ingin membangunkan skill mereka yang mungkin terpendam untuk menjadi salah satu yang mengkreasikan karya sastra anak, terutama dalam bentuk buku cerita bergambar. Saya sudah memberitahu para mahasiswa saya mengenai projek ini sebulan sebelumnya. Jadi, mereka perlu menyiapkan ide cerita yang juga meliputi tema, karakter, setting, plot, dan juga pesan moral yang dihaturkan baik secara tersirat maupun tersurat yang menjadi ciri khas dari karya sastra anak. Pada minggu terakhir pertemuan di kelas , setiap grup pun telah menyelesaian tugas projek mereka membuat buku cerita anak bergambar karya mereka. Sebagai pengantar buku-buku ini menggunakan Bahasa Inggris. Hasilnya pun tidak mengecewakan, mereka memang memiliki potensi. Walaupun, pasti masih ada kekurangan, tapi pun itu dapat ditutupi dengan antusiasme dan hasil yang cukup 6 buku cerita bergambar anak yang terkumpul dari 6 grup mahasiswa. Buku pertama berjudul The Mongkey and the Squirrel karya Aditya Tasya, Muhammad Ega, dan Nur Amalia yang bertema mengenai pentingnya kejujuran dalam proses dibandingkan dengan hasil yang didapati namun dengan cara yang curang. The Monkey and the Squirrel/Dokumen pribadi Lalu buku kedua berjudul The Frog and the Ant karya Aulia Dyah Pusparani, Gina Novianty, Gita Apriliani, dan Helmi Debataraja yang bertema mengenai persahabatan. Di buku cerita bergambar ini diceritakan persahabatan antara seekor katak dan sekor semut. Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa perbedaan antara sang katak dan si semut tidak menghalangi persahabatan mereka. 1 2 3 Lihat Pendidikan Selengkapnya

CaraMembuat Cerita Bergambar Ini cara menjadi pendongeng yang seru untuk anak. Pada pembahasan kali ini gue bakal berbagi informasi mengenai Cara Menggambar / Membuat Komik Tema Kemanusiaan Pancasila Sila ke-2, informasi ini dihimpun berasal dari beraneka sumber jadi mohon maaf jika informasinya tidak cukup lengkap atau kurang tepat.

Warning mengikuti langkah dalam tulisan ini mungkin berbahaya bagi anda! Sebenarnya sudah lama saya ingin sharing pengalaman dalam menulis buku picture book. Namun niat ini maju mundur karena mungkin semua langkah yang saya lakukan dari menangkap kelebatan ide hingga menjadi buku tidak ada yang cocok dengan teori. Lagipula saya belum menjadi penulis kaliber ultra, belum senior. Masih baru. Tetapi, ehem, karena keinginan untuk sharing ini meledak-ledak, maka saya tuliskan juga. Maka tulisan ini saya bilang sharing’ sekedar berbagi saja. Dan sudah saya tulis di bawah judul lo ya – untuk tidak mengikuti cara saya ini 🙂 . So don’t tell me anda tidak pernah diperingatkan sebelumnya *grin* Oke, beginilah tahapan-tahapan yang saya lalui saat menulis buku bergenre cerita bergambar untuk anak-anak 1. Menggali Ide Bagi saya ide itu bisa berloncatan dengan sendirinya saat sedang main dengan anak-anak. Jadi gak usah dicari, nanti juga nongol-nongol sendiri. Dan kunci penting lainnya dalam menggali ide adalah banyak-banyaklah bengong! plak Serius! Saat bengong bayangkanlah hal-hal yang enggak-enggak. Misalnya kue donat bisa terbang, atau awan berwarna merah, or cecak berbaju polkadot, atawa bunga bakung bersayap. Pokoknya explore your wildest imagination lah. fyi, ini contoh-contoh berasal dari khayalan saya sendiri. Dahuluu kebiasaan bengong dan berkhayal ini bagaikan suatu penyakit buat saya. Sekarang setelah tahu dunia tulis menulis, khayalan itu bisa jadi sumber ide tak terbatas. Mungkin ini yang namanya seni bengong’, the art of doing nothing 2. Memberi batasan pada Ide Sesudah dapat ide dasar, saya akan tentukan akan dibawa ke mana ide ini. Nilai atau pengetahuan macam apa yang mau saya tanamkan pada anak-anak. Cerita seperti apa yang ingin saya buat. Imaginasi bebas bukan berarti bisa melantur tanpa arah tujuan. Apalagi yang namanya cerita bergambar, biasanya untuk anak usia dini, anak usia dini belum bisa milih buku sendiri, pasti papa mamanya yang beliin, papa mama biasanya lebih suka melirik buku yang ada “pesan”nya 🙂 btw ini pendapat pribadi 3. Menentukan format Buat saya, ini adalah bagian yang paling menyebalkan dan membosankan *sigh* Di langkah ketiga ini saya harus menentukan jumlah halaman plus judul, jumlah kalimat per halaman, jumlah kata per kalimat, berima ataukah tidak, bentuk pantun atau narasi, dan kadang, jumlah ilustrasi. Format ini tentu saja bisa diacak-acak lagi oleh editor nanti, tapi paling tidak saat mengajukan naskah ke penerbit, penulis sudah punya konsep dulu tentang format yang diinginkan. 4. Tulis! Saya tidak dapat menulis sebelum menyelesaikan tiga tahapan di atas. Hal ini mungkin berbeda bagi penulis lain yang terbiasa menulis saja, pikirkan konsep dan format belakangan. Saya tidak bisa begitu. Proses yang saya jalani harus runut dari langkah 1,2,3 baru 4, menulis. Kalau tidak organisasi ide dalam otak saya bisa tercerai berai tanpa ujung pangkal. 5. Mencari Penerbit Langkah ini sudah tak perlu dibahas lagi. Semua penulis pasti sudah tahu suka dukanya. Intinya muka temboklah dan jangan menyerah. Saya juga pernah ditolak penerbit dengan alasan yang paling absurd kog. 6. Mencari ilustrator Berdasarkan pengalaman, saya ajukan dulu naskah pada penerbit, setelah penerbit acc barulah mencari ilustrator. Fee ilustrator pun biasanya akan dihandle langsung oleh penerbit. Memang ada penerbit yang minta penulis melengkapi naskah dengan ilustrasi terlebih dahulu sebelum mereka memberikan acc. Tapi saya memilih untuk tidak lagi mengirim naskah ke penerbit tipe kedua ini karena terus terang, saya irit, miskin bin pelit, jadi rasanya berat ngeluarin biaya di awal untuk mencari sampel ilustrasi. Saya sudah pernah bekerjasama dengan beberapa ilustrator luar biasa. Tanpa ilustrasi, naskah saya itu takkan ada apa-apanya. Dengan batuan para ilustrator handal itulah cerita bisa jadi lebih hidup. So, salam hormat untuk para ilustrator 🙂 Oh iya secuplik hasil karya para ilustrator buku-buku saya bisa diintip di laman “my books” di menu di atas. 7. Review review review, edit-edit-edit Pusing, bete, writer block, ogah-ogahan, sering ditinggal tidur dan biasanya baru mulai lancar kalau sudah mepet deadline. Inilah gambaran sempurna untuk apa yang saya alami pada tahapan ini *cengir* Dalam proses review dan editing, sebagai penulis pemula saya lebih banyak manut pada arahan editor, karena beliau-beliau itulah yang lebih tahu tentang selera pembaca, gaya penceritaan yang sedang in’ , tema yang lagi happening’ dan kemasan yang lebih cihu. 8. Tell the world! Review done. Selesai. Sambil nunggu naik cetak. Silakan narsis 🙂 Pasti sudah tidak ada lagi yang perlu diajari bagaimana caranya. Walaupun royalti baru akan datang beberapa bulan kemudian, pasti rasanya saat buku terbit itu sudah keperti kejatuhan duren sepohon-pohonnya 🙂 Oke sekian. Semoga tidak ada yang tersesat gara-gara mengikuti langkah-langkah dalam artikel ini 🙂

CaraMembuat Komik yang Mudah dan Cepat untuk Pemula | kumparan.com. Buku Komik Cerita Bergambar- Hamsters Diary (2 buku) - Keluarga Sirkus. Komik Sehat - Sehat Negeriku. Komik adalah Seni Gambar Tidak Bergerak yang Bercerita, Pahami Jenis-Jenis dan Contohnya - Hot Liputan6.com. jual Buku Komik Lokal Cergam (Cerita Bergambar) | Shopee Indonesia
Catat, Ini Dia 4 Tahapan Membuat Buku Cerita BergambarJangan salah, karena membuat buku cerita bergambar tidak bisa dibilang mudah dan hanya tinggal tulis dan gambar saja. Karena untuk menghasilkan buku cerita bergambar yang punya kualitas baik dan maksimal, tentu ada prosesnya. Penasaran sebetulnya cara membuat buku cerita bergambar itu bagaimana? Simak pembahasan dibawah untuk mendapatkan Membuat Buku Cerita Bergambar Sebetulnya, cara membuat buku cerita bergambar itu tidak jauh berbeda proses tahapannya dengan membuat buku cerita lain. Berikut, untuk penjelasan yang lebih lengkap. 1. Buat Dulu Perencanaan Sama seperti saat kamu akan membuat novel dan cerpen, yang sebelum menulis naskahnya itu disiapkan dulu konsep cerita-nya nanti ditulis itu seperti apa. Membuat buku cerita bergambar juga sama, harus direncanakan terlebih dahulu tema cerita yang diambil itu apa, jalan ceritanya bagaimana, tokoh-tokohnya ada siapa saja, berapa, bagaimana bentuknya, karakternya, dst. Dan karena pembaca buku cerita bergambar itu biasanya anak-anak, maka ada baiknya untuk merencakan naskah cerita sesuai dengan kondisi dan situasi anak-anak juga. Entah itu dari tema cerita, nama-nama tokoh dan karakternya, hingga jalan cerita dari buku tersebut harus ramah anak. Tenang, di poin selanjutnya akan dibahas buku yang ramah anak itu seperti apa. 2. Dilanjutkan PemetaanCaranya? Mudah. Misal kamu ingin membuat buku cerita bergambar dengan tema Islam, dari sekian banyak topik agama Islam mana yang akan kamu ambil untuk jadi cerita. Misal, tentang berbakti kepada orangtua, nah, dari topik berbakti kepada orangtua itulah. Kamu bisa membuat peta jalan cerita-nya akan seperti apa, catat, dan jangan lupa untuk melibatkan tokoh di alur-nya. Oh iya, selain tema dan alur, dalam membuat buku cerita bergambar juga harus memperhatikan tata bahasa. Jadi, pastikan setiap kalimat di naskah itu sederhana, dan jumlah katanya sesuai dengan usia anak. Sebagai referensi, naskah cerita 500 kata bisa untuk buku cerita bergambar usia 0-2 tahun, tentu untuk pembaca buku umurnya lebih tinggi jumlah katanya bisa ditambah. 3. Mulai Menulis Cerita Nah, langkah urutan ketiga cara membuat buku cerita bergambar inilah yang sama sekali tidak boleh dilewatkan dan harus dikerjakan. Yaitu proses menulis cerita-nya, karena mau sebagus apapun konsep buku cerita bergambar yang sudah kamu buat pada dua langkah sebelumnya. Tidak akan berarti apa-apa, jika kamu tidak mulai-mulai untuk menuliskan cerita-nya. Betul? Maka dari itu, yuk, silahkan tuangkan ide-ide dan konsep yang sudah direncanakan tadi menjadi satu tulisan cerita. Sebagai tips, sebaiknya usahakan jangan menghapus kalimat apapun yang sedang kamu tulis sebelum cerita itu sudah selesai. Karena biasanya, itulah salah satu alasan kenapa penulis tidak bisa menyelesaikan naskah-nya dengan maksimal, keburu banyak diedit. 4. Review, Edit Naskah-nyaTentu saja, kata review disini merujuk pada proses "membaca secara keseluruhan naskah cerita" yang sudah dibuat. Jika ingin lebih maksimal, bisa memberikan jeda waktu antara menulis dan me-review entah itu beberapa jam maupun beberapa hari. Disaat itulah, kamu sebagai penulis harus bisa memposisikan diri sebagai pembaca bukan sebagai pembuat karya. Jangan pernah ragu dan takut, untuk membuang kalimat maupun paragraf yang dirasa tidak diperlukan. Karena kabar baiknya, semakin sederhana dan enak dibaca sebuah karya tulisan itu bisa semakin baik. Di tahap ini juga kamu bisa mulai mengatur format dari naskah cerita, ukuran kertas, paragraf, jumlah kalimat per halaman, posisi gambarnya akan dimana, dan seterusnya. Apakah setelah itu, langkah cara membuat buku cerita bergambar sudah selesai? Tentu saja tidak. Karena setelah naskah buku cerita bergambar sudah siap, kamu harus mencari dua pihak lagi agar bukunya bisa jadi. Yaitu ilustrator dan penerbit, percayalah, dengan bantuan ilustrator naskah cerita bisa jadi cerita bergambar. Dan jika ditambah dengan penerbit, maka naskah cerita itu bisa menjadi satu kesatuan utuh yang disebut dengan "buku cerita bergambar." Dan jika sekarang kamu bingung mencari penerbit, PT. ECO MEDIA LESTARI, ECOMEDIA GROUP bisa jadi salah satu rekomendasinya. Silahkan hubungi kontak yang ada pada website ini dan ECOMEDIA untuk menjemput buku kamu itu, disana juga ada layanan konsultasi, pelatihan dan bimbingan juga Langkahlangkah membuat cerita bergambar: 1. Tentukan ide/gagasan/tema yang akan dibuat. 2. Tentukan karakter tokoh utamanya dan karakter dari tokoh pembantunya yang ada dalam cerita. 3. Buat alur cerita sederhana secara garis besar yang menggambarkan isi cerita, kemudian masing-masing bisa dikembangkan. 4. Mulai menggambar sesuai alur cerita yang telah dibuat. Artikel Lainya : langkah langkah membuat cergam
This development research aimed to produce picture book products based on character education that can improve literacy culture in elementary schools. A picture story book is a book that combines text and illustrations so that it becomes a story book that can increase students' reading interest. Picture story books can tell a story that is collaborated with an interesting and meaningful concept for children's development. The method used was the method of research and development R&D with the development model of Borg and Gall. This research and development had 9 stages of research, namely research and information gathering, planning, product draft development, initial field testing, product revision, main field test, operational product revision, field implementation test and final product revision. Respondents in research and development involved one material expert, one linguist, one media expert, 13 students of SDSN Bendungan Hilir 12 Pagi, 21 students of SDS Ar-Rahman Motik. The results showed that the character education-based picture book product was considered very good. The average result according to the expert was the Small Group Evaluation was and the Field Test was This picture book product was attractive to students who loved reading because reading was the key to increase literacy culture since elementary school age. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 560 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BEBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR Palupi Mutiasih1, Prana Dwija Iswara2, Trisna Nugraha3 Program Studi Pendidikan Dasar1,2,3 Universitas Pendidikan Indonesia1,2,3 Email palupimutia Abstract This development research aimed to produce picture book products based on character education that can improve literacy culture in elementary schools. A picture story book is a book that combines text and illustrations so that it becomes a story book that can increase students' reading interest. Picture story books can tell a story that is collaborated with an interesting and meaningful concept for children's development. The method used was the method of research and development R&D with the development model of Borg and Gall. This research and development had 9 stages of research, namely research and information gathering, planning, product draft development, initial field testing, product revision, main field test, operational product revision, field implementation test and final product revision. Respondents in research and development involved one material expert, one linguist, one media expert, 13 students of SDSN Bendungan Hilir 12 Pagi, 21 students of SDS Ar-Rahman Motik. The results showed that the character education-based picture book product was considered very good. The average result according to the expert was the Small Group Evaluation was and the Field Test was This picture book product was attractive to students who loved reading because reading was the key to increase literacy culture since elementary school age. Keywords character education, literacy, picture book. PENDAHULUAN Pendidikan yang baik adalah dasar kemajuan suatu bangsa. Melalui sebuah pendidikan manusia dapat memperbaiki kualitas hidupnya. Pendidikan merupakan wadah dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas Mulyasa,2017. Pendidikan juga merupakan kunci dalam membangun generasi yang bermartabat yaitu generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual namun juga cerdas secara moral Sadullah,2019. Melalui pendidikan, transformasi pengetahuan dan penanaman karakter dapat diimplementasikan kepada manusia agar mampu menjadi SDM yang memiliki kompetensi untuk bisa bersaing di masa depan Lickona, 2016; Listyarti, 2012 United Nation Development Programme UNDP mencatat bahwa Indeks Pembangunan Manusia IPM Indonesia tahun 2015, berada di peringkat ke-110 dari 188 negara dengan besaran 0,684 atau sama dengan tahun sebelumnya BPS, 2015. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa IPM di Indonesia masih belum mencapai hasil maksimal. Tinggi rendahnya IPM dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah angka melek huruf yang merupakan salah satu indikator dalam mengukur dimensi pengetahuan. Menurut Badan Pusat Statistik BPS, angka melek huruf adalah presentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Literasi berhubungan dengan keaksaraan yaitu kegiatan membaca, menulis, dan berdiskusi. Literasi merupakan pondasi untuk belajar sepanjang hayat Alberta, 2010; Rahman, 2018 11. Kunci dalam menumbuhkan budaya literasi adalah membaca Wiediarti, 2016; Mutiasih, 2016; Alwasilah, 2012. Hasil penelitian dari Programme For International Student Assessment PISA yang melakukan penelitian setiap tiga tahun sekali, mencatat bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia pada tahun 2012 terburuk kedua dari 65 negara p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 561 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 yang diteliti di dunia. Indonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara Mutiasih, 2016. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization UNESCO tahun 2012 menyebutkan bahwa indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001%. berdasarkan riset lima tahunan yang dilakukan oleh Progress International Reading Literacy Study PILRS, yang melibatkan siswa SD, Indonesia berada pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel Indonesia hanya lebih baik, dari Qatar, Kuwait, Maroko dan Afrika Selatan Gong, 2012. Rendahnya minat baca siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tidak adanya buku cerita yang menarik minat siswa dan sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar Rahim, 2018. Hal yang dapat dilakukan dalam mencerdaskan suatu bangsa yakni melalui pengembangan budaya baca, tulis dan hitung bagi segenap warga masyarakat Badan Bahasa, 2016. Buku cerita bergambar dengan kombinasi teks dan ilustrasi yang baik merupakan media yang mampu menarik minat peserta didik untuk membaca Dils, 2009; Seuling, 2005. Buku cerita bergambar yang bertemakan hal itu mampu membuat anak memahami konsep perpindahan seseorang dari satu satu negara ke negara lainnya, dapat mempelajari konsep mencintai lingkungan, serta mampu mengenal sejarah yang sangat abstrak menjadi lebih konkret. Hal tersebut mampu diterima anak karena konsep yang rumit divisualisasikan dan diceritakan secara konkret kepada anak melalui buku cerita bergambar Bersh, 2013; Hsiao & Shih, 2015; Demoiny & Ferraras, 2018. Selain berfungsi dalam menanamkan budaya membaca, menginformasikan berbagai konsep ilmu pengetahuan yang sulit, buku cerita bergambar yang berbasis pendidikan karakter juga berfungsi dalam hal penyampaian ilmu pengetahuan dan juga nilai-nilai moral dalam membentuk karakter yang lebih baik Nurgiyantoro, 2018166. Oleh karena itu, artikel ilmiah ini akan membahas dan memberikan pengetahuan tentang bagaimana mengembangkan sebuah buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter untuk menumbuhkan budaya literasi di Sekolah Dasar yang dapat digunakan siswa sebagai media dalam menumbuhkan budaya literasi. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan bidang pendidikan menurut Borg dan Gall yang dikenal dengan Metode Research and Development R & D. Siklus R & D menurut Borg and Gall metode R & D meliputi pengkajian terhadap hasil-hasil penelitan sebelumnya yang berkaitan dengan validitas komponen-komponen pada produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan, pengujian produk yang digunakan untuk uji lapangan, dan revisi untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap pengujian lapangan. Penelitian pengembangan atau Research and Development R & D secara lengkap Borg dan Gall menyatakan ada 10 langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan. 1. Research and information collection dalam penelitian dan pengumpulan data dilakukan untuk menganalisis kebutuhan, studi literatur, dan penelitian skala kecil. 2. Planning. Pada tahap perencanaan dilakukan identifikasi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, merumuskan tujuan yang hendak dicapai, membuat desain atau langkah-langkah penelitian, dan merencanakan kemungkinan pengujian. 3. Develop preliminary form of product. Pengembangan draft produk meliputi persiapan materi, instrumen, dan uji kelayakan dalam skala kecil 4. Preliminary field testing, ujicoba lapangan atau uji coba terbatas pada objek penelitian. Selama uji coba dilakukan observasi, wawancara dan pengedaran angket. Tujuan ujicoba ini untuk dapat p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 562 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 mengevaluasi produk yang dikembangkan. 5. Main product revision, merevisi produk utama dilakukan berdasarkan temuan-temuan pada ujicoba awal. 6. Main field testing, ujicoba lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data kuantitatif tentang penilaian guru sebelum dan sesudah membaca model yang dikembangkan, data yang dikumpulkan dievaluasi dan dibandingkan dengan kelompok yang dikontrol. 7. Operational product revision, revisi produk berdasarkan hasil ujicoba di lapangan. 8. Operational field testing, uji lapangan untuk mengumpulkan dan menganalisis data berdasarkan hasil uji lapangan 9. Final product revision, revisi final produk berdasarkan hasil uji di lapangan. 10. Dissemination and implementation, implementasi dan mengontrol hasil dan mutu. Borg & Gall, 2007 4 Desain Penelitian Desain penelitian yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan desain penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yakni tahap penelitian dan informasi serta ide awal, perencanaan dan desain awal produk, pengembangan draft produk, uji lapangan awal, uji lapangan utama, revisi produk operasional, uji pelaksanaan lapangan dan revisi produk akhir. Peneliti membatasi penelitian hanya sampai dengan revisi akhir. Adapun secara detail desain modifikasi Borg and Gall yang digunakan adalah sebagai berikut. Gambar. 1 Desain Penelitian RnD Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahatan data dalam penelitian ini adalah dengan mengggunakan instrument uji ahli, uji one to one, small group, dan field test dengan instrument kualitatif menggunakan skala likert 1-4. Lalu data kualitatif diubah menjadi data kuantitatif dengan skala likert sebagai berikut Gambar. 2. Pengukuran Skala Likert HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menghasilkan produk buku cerita bergambar dengan ukuran A4 menggunakan kertas art cartoon 260gram untuk sampul buku dan art paper 150gram untuk isi buku dengan warna yang full colour dan huruf yang digunakan dalam penulisan buku ini adalah Comic Sans ukuran 20 pt, Spasi 1,5. Ilustrasi Ilustrasi buku berupa gambar tokoh-tokoh dalam buku cerita “Selamat Ulang Tahun Ibu Ratu” yaitu animasi tokoh-tokoh semut, kupu-kupu dan juga latar tempat beserta suasana yang diilustrasikan menjadi satu kesatuan sehingga menciptakan cerita yang lebih menarik. Gambar 3. Pengembangan Ilustrasi Buku Cerita Bergambar Kelebihan Produk Beberapa kelebihan dalam produk ini adalah a. Konten cerita dalam buku ini berbasis pendidikan karakter. Ada banyak karakter yang tersirat dalam buku ini yaitu karakter kasih sayang, peduli, rasa ingin tahu dan yang terpenting adalah tentang kerja sama. Cerita p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 563 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 kerjasama dalam buku ini terinspirasi oleh dunia semut yang memiliki karakter gotong royong. b. Karakter kuat yang tergambar dalam buku cerita ini adalah karakter kerja sama dan kasih sayang. Kedua karakter ini menurut teori pendidikan karakter tepat jika diaplikasikan kepada siswa kelas II SD di mana siswa kelas II SD yang masih merupakan kategori kelas awal. c. Bahasa dalam buku cerita ini komunikatif dan disesuaikan dengan perkembangan bahasa anak sehingga anak-anak dapat menikmati cerita lebih mudah. d. Kalimat-kalimat dalam buku ini jumlahnya tidak lebih dari 20 kata dalam setiap halamannya. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesan positiif bagi anak, bahwa buku cerita tidak dipenuhi dengan teks dan buku ini akan membuat pengalaman membaca lebih menyenangkan. e. Buku cerita bergambar ini dipenuhi dengan ilustrasi gambar yang penuh warna sehingga dari segi visualisasi buku ini menjadi semakin menarik. f. Buku ini dipersiapkan sebagai bahan ajar pendukung dalam menumbuhkan budaya literasi karena buku ini dapat dijadikan media Read Aloud oleh guru maupun menjadi bahan bacaan yang membuat siswa melakukan kegiatan membaca 15 menit sebelum memulai pembelajaran. Kelemahan Produk Kelemahan produk buku cerita bergambar ini adalah sebagai berikut. a. Buku ini membutuhkan proses perbaikan yang sangat panjang dan sulit sehingga perjuangan dalam membuat buku ini lebih besar. b. Buku ini hanya satu cerita dan tidak berseri sehingga banyak anak ketika penelitian small group mengharapkan buku dengan judul ini ada cerita selanjutnya. c. Buku cerita seri berikutnya dari buku ini sangat diperlukan sebab buku cerita bergambar ini hanya berjumlah tidak lebih dari 32 halaman dan dalam menumbuhkan budaya literasi serta menanamkan karakter dibutuhkan pembiasaan dan pengulangan Repetition sehingga buku-buku cerita bergambar seri berikutnya menjadi penting untuk diciptakan dalam menumbuhkan budaya literasi siswa kelas II SD. Hasil Uji Coba Expert Judgement Uji validasi ini dilaksanakan dengan melibatkan beberapa ahli yakni ahli media, ahli bahasa dan ahli materi. Uji Validasi ini dilakukan dengan memberikan draft produk disertai dengan instrument penelitian berupa kuesioner penelitian. Berdasarkan uji coba ahli bahasa dan perbaikan kaidah kebahasaan pada produk buku cerita bergambar, maka didapatkan rata-rata kelayakan produk dari sisi bahasa yaitu sebesar 95%. Rincian penilaian ahli bahasa akan dijelaskan pada tabel penilaian ahli bahasa. Nilai yang diperoleh dari ahli bahasa menunjukkan bahwa produk buku cerita bergambar dikategorikan sangat baik dan valid. Setelah penilaian, produk buku cerita bergambar ini masih dalam tahap perbaikan berdasarkan masukan para ahli. Berdasarkan hasil uji validasi dan perbaikan yang diberikan oleh ahli media diperoleh rata-rata kelayakan produk dari segi media yaitu sebesar Nilai yang diperoleh dari ahli media sebesar menunjukkan bahwa produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter yang berjudul “Selamat Ulang Tahun Ibu Ratu” dapat dikategorikan sangat baik. Gambar 4. Produk revisi buku cerita bergambar setelah uji expert p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 564 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 One to one evaluation, Small Group Evaluation dan Field Test Evaluation Setelah produk melewati proses uji validasi dan dinyatakan valid oleh validator baik dari segi materi, bahasa maupun media, produk buku cerita bergambar akan diuji coba secara One to One dengan melibatkan 3 orang siswa SDN Bendungan Hilir 12 Pagi yang dipilih oleh wali kelas berdasarkan kategori siswa yang memiliki minat membaca yang tinggi, sedang dan rendah. Ketiga siswa tersebut adalah Ra, Fa, dan Da. Uji coba One to One ini dilakukan dengan cara mewancarai ketiga responden itu secara bergantian. Sebelum melakukan wawancara, ketiga orang siswa tersebut dipersilakan membaca buku cerita bergambar yang diberikan oleh peneliti, setelah ketiga responden selesai membaca peneliti melakukan wawancara satu persatu kepada responden. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tahap one to one evaluation diketahui bahwa ketiga anak memiliki pandangan yang positif terhadap buku cerita bergambar yang dikembangkan. Buku yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa. Buku yang dikembangkan membuat siswa membacanya dengan antusias karena menceritakan hal-hal yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yakni pengalaman ulang tahun pada kehidupan anak. Selain itu, menurut ketiga siswa buku yang dikembangkan memiliki gambar yang menarik dengan ilustrasi yang sesuai karakteristik anak sehingga anak tidak jenuh ketika membaca. Hasil Small Group Evaluation Setelah melakukan uji coba one to one evaluation, peneliti melakukan uji coba skala kecil yaitu dengan melibatkan 10 orang siswa kelas II SDN Bendungan Hilir 12 Pagi. Sebelum tahap uji coba dilaksanakan, siswa diminta untuk membaca buku cerita bergambar, lalu setelah itu siswa diberikan kuesioner untuk diisi. Setelah itu, mengisi kuisioner peneliti menjelaskan terlebih dahulu prosedur pengisian dengan menggunakan bahasa anak-anak agar siswa lebih memahami ketika mengisi kuesioner. Pada tahap skala kecil ini bertujuan untuk menilai kelayakan produk pada siswa kelas II sekolah dasar. Nilai rata-rata yang didapatkan berdasarkan kesepuluh siswa pada uji coba skala kecil ini adalah 96,6%. Berdasarkan penilaian tersebut maka produk dapat dikategorikan Sangat Baik. Gambar 5. Dokumentasi Penelitian Small Group Evaluation Hasil Field test Tahap selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah uji coba lapangan Field test. Uji coba lapangan ini melibatkan 21 siswa SDS Ar-Rahman Motik. Pada uji coba kali ini peneliti memberikan buku cerita kepada siswa di kelas II A, lalu siswa membaca produk buku cerita dan diberikan kuisioner oleh peneliti.. Penelitian ini mendapatkan data kuantitatif yang akan diubah menjadi kualitatif. Berdasarkan pengisian kuisioner yang dilakukan kedua puluh satu siswa kelas II A SDS Ar-Rahman Motik pada uji coba lapangan ini, diperoleh nilai rata-rata 94,33% yang berarti kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter “ Selamat Ulang Tahun Ibu Ratu” dapat dikategorikan Sangat Baik. Kendala yang dihadapi saat penelitian kali ini adalah keterbatasan waktu yang dimiliki karena akan ada siswa yang berulang tahun, akan tetapi hal ini dijadikan peneliti sebagai ajang mengucapkan dan mengajak siswa untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada Arai, karena di akhir cerita buku ini pasukan semut juga mengucapkan dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 565 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 kepada Ibu Ratu. Dalam penelitian field test ini, siswa kelas II SD Ar-Rahman Motik sangat tertarik dengan buku cerita yang dikembangkan peneliti, siswa menyukai buku dan ingin memiliki buku cerita bergambar yang dikembangkan. Gambar 6. Dokumentasi Penelitian Field Test Evaluation Penelitian pengembangan buku cerita bergambar ini memberikan pengetahuan tentang tahapan-tahapan penelitan dan mengembangkan produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter yang dapat digunakan sebagai buku pendukung dalam menumbuhkan budaya literasi siswa. Penelitian dan pengembangan buku cerita bergambar ini juga melibatkan guru, kepala sekolah dan siswa kelas II SD pada tahap penelitian hingga uji coba produk penelitian yang dihasilkan. Hal ini dilakukan dalam rangka menghasilkan produk penelitian ini agar produk penelitian yang dikembangkan menjadi solusi konkret hadirnya media buku cerita yang sesuai dengan karakteristik siswa. Berdasarkan uji coba yang dilakukan dengan para ahli maka didapatkan hasil rata-rata 97,1% sebagai presentase penilaian produk buku cerita bergambar. Hasil penilaian dari para ahli menyatakan bahwa produk buku cerita bergambar ini dapat dikategorikan sangat baik. Produk pengembangan sebuah buku cerita bergambar ini memiliki keunggulan baik dari segi ilustrasi maupun konten yang berbasil pendidikan karakter. Produk penelitian ini dibuat sebagai buku cerita bergambar yang menarik sebab, buku ini bertujuan agar siswa mampu meningkatkan budaya literasi yang paling mendasar yaitu budaya membaca di sekolah. Pengembangan buku cerita bergambar sebagai buku penunjang pembelajaran bagi anak, merupakan sebuah inovasi yang baik dalam pembelajaran. Selain mampu mengembangkan budaya membaca, buku cerita bergambar yang dirancang dengan baik juga mampu mengembangkan keterampilan bercerita anak Lestari, 2018 Buku cerita bergambar ini mampu mengembangkan imajinasi, kreativitas dan daya pikir tingkat tinggi pada siswa. Buckovec dan Robert 2019 dalam penelitiannya yang berjudul”Elementary School Student's Attitudes on Teaching Artist' Monochrome Picture Book Without Text and Graphite Technique” menyatakan bahwa dengan ilustrasi dan gambar yang dikemas dalam picture book, anak-anak mampu mengasah kreativitas berpikirnya dan juga dapat menuangkan perasaannya melalui gambar sehingga dari sebuah gambar, anak juga mampu mengasah kecerdasan emosinya. Dalam proses pengembangan produk buku cerita bergambar peneliti memerhatikan beberapa komponen penting yang harus ada yakni penokohan, latar, alur cerita, warna, ilustrasi yang menarik, dinamika cerita, tokoh cerita. Buku cerita yang dikembangkan untuk siswa sekolah dasar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif, bahasa, serta perkembangan moral anak. Sehingga penokohan tokoh semut dalam buku ini, pemilihan cerita pengalaman ulang tahun, dan dinamika cerita yang sederhana sesuai dengan perkembangan anak usia kelas II di sekolah dasar. Buku cerita bergambar yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki komposisi 70% gambar dan 30% kata-kata. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik buku cerita bergambar bagi anak-anak. Pengembangan buku cerita bergambar ini didasarkan pada kebutuhan dalam meningkatkan literasi siswa sekolah dasar kelas II SD. Buku cerita bergambar adalah buku yang digemari oleh siswa SD kelas rendah karena buku tersebut sesuai dengan karakteristik siswa dan dunia anak-anak di kelas rendah yakni kelas 1, 2 dan 3. Buku p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 566 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 cerita bergambar mampu menyajikan konsep-konsep yang rumit menjadi lebih mudah untuk anak. Anak-anak kelas rendah sangat tertarik dengan buku yang bergambar karena daya imajinasinya masih sangat tinggi serta perkembangan bahasanya akan lebih cepat jika distimulasi dengan buku cerita bergambar. Anak-anak kelas rendah juga akan lebih fokus dan konsentrasinya tidak mudah terpecah jika membaca buku cerita bergambar Kelly, 2012; Ma& Wei, 2015. Buku cerita bergambar yang dikembangkan peneliti mendapatkan respon yang sangat baik dari siswa. Sejak buku ini diuji cobakan kepada siswa, siswa merasa tertarik membaca buku cerita bergambar ini berulang-ulang. Minat bacanya tumbuh ketika melihat sampul depan yang menarik dari buku ini. Selain itu, siswa dapat menceritakan kembali isi buku kepada teman-temannya dan siswa merasa senang membacanya. Buku cerita bergambar ini mendapatkan nilai dan 94,33% ketika diuji coba kepada siswa. Berdasarkan penilaian tersebut maka buku ini dapat dikategorikan sangat baik dari sudut pandang siswa dan dapat menumbuhkan budaya literasi dalam hal ini adalah minat baca bagi siswa kelas II SD. Bagi guru di SD buku ini dapat menjadi media dalam membacakan cerita read aloud kepada siswa sehingga budaya literasi dapat ditingkatkan dengan cara yang menyenangkan. Seluruh tahapan penelitian dan pengembangan dilalui dalam penelitian ini secara rinci dilakukan. Hal ini bertujuan agar produk yang dihasilkan dapat bermanfaat dan menjadi buku bergambar yang berkualitas. Peneliti menyadari masih ada banyak kekurangan dalam proses pembuatan buku ini oleh karena hal tersebut peneliti akan memperbaiki di kemudian hari. Adapun penelitian yang dapat dikembangkan dalam penelitian selanjutnya adalah membuat buku cerita bergambar berseri yang sesuai dengan karakteristik anak sehingga buku tersebut menjadi media untuk meningkatkan literasi dan minat baca pada anak. Peneliti selanjutnya juga dapat mengembangkan buku bergambar berseri yang memuat nilai karakter yang baik untuk siswa sehingga selain meningkat minat baca, buku yang dikembangkan dapat menumbuhkan karakter-karakter baik pada diri siswa. PENUTUP Secara umum, pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter ini dapat dijadikan buku penunjang dalam menummbuhkan budaya literasi pada siswa kelas II SD. Buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter ini menyajikan konten cerita yang menyampaikan pentingnya karakter bekerja sama, gigih dan selalu peduli terhadap teman yang diperankan dan mengambil kisah dari semut. Konten cerita ini dibuat agar siswa mampu menyerap nilai-nilai baik yang dituliskan dalam cerita. Sehingga selain siswa mampu meningkatkan budaya literasi dalam hal ini siswa mampu tertarik untuk membaca buku, siswa juga belajar tentang nilai-nilai baik dalam buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter ini yang nantinya nilai-nilai baik tersebut mampu diimplementasikan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter ini juga memberikan implikasi kepada guru-guru di sekolah dasar untuk dapat membuat buku-buku cerita bergambar yang sederhana dan berkualitas bagi siswa berdasarkan tahapan-tahapan pengembangan yang telah dilalui oleh peneliti dalam membuat buku cerita bergmbar ini. Guru juga dapat menggunakan buku ini sebagai buku penunjang dalam kegiatan menumbuhkan budaya literasi di sekolah, guru dapat menggunakan buku cerita bergambar ini sebagai media untuk read aloud ataupun media untuk mengembangkan kemampuan bercerita dan menulis siswa. Bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD serta mahasiswa umum lainnya pengembangan buku cerita bergambar ini juga memberikan implikasi agar mahasiswa PGSD maupun umum dapat memilih buku cerita yang baik bagi anak dan buku ini dapat menjadi rujukan bagi mahasiswa dalam mengembangkan sebuah p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 567 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 buku cerita bergambar yang akan menjadi media dalam meningkatkan literasi siswa. Pengembang menyadari bahwa buku cerita bergambar ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran diperlukan dalam perbaikan buku ini yang berpedoman pada prosedur penelitian dan pengembangan agar hasil produk selanjutnya dapat lebih baik. REFERENSI Alberta. 2010. Literacy First A Plan for Action. Canada Alberta Education. Alwasilah, A. C. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. Bandung Kiblat Buku Utama. Badan Pusat Stastistik. 2016. Indeks Pembangunan Manusia. Diakses melalui Pada 14 Maret. pukul Bersh, 2013. The Curricular Value of Teaching about Immigration through Picture Book Thematic Text Sets. The Social Studies, 1042, 47–56. doi Demoiny, S. B., & Ferraras-Stone, J. 2018. Critical Literacy in Elementary Social Studies Juxtaposing Historical Master and Counter-Narratives in Picture Books. The Social Studies, 1092, 64–73. doi Dils, 2009. You Can Write Children’s Book. USA Writer’s Digest Books. Borg, & Gall, 2007. Educational Research. USA Pearson. Gong, A. G., & Irkham, A. M. 2012. Gempa akarta Perpustakaan Populer Gramedia. Hendri. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Dongeng. Bandung Simbiosa Rekatama Media. Hsiao, & Shih, 2015. Exploring the effectiveness of picture books for teaching young children the concepts of environmental protection. International Research in Geographical and Environmental Education, 251, 36–49. doi Kelly, J. 2012. Two daddy tigers and a baby tiger Promoting understandings about same-gender parented families using picture books, Early Years. An International Research Journal, 32, 288–300. doi Lestari, I. 2018. Developing Wordless Picture Book to Improve the Storytelling Ability of 5 to 6 Years Old Children. Jurnal Cakrawala Pendidikan,371. doi Lickona, T. 2016. Education for Character terj. Jakarta PT. Bumi Aksara. Listyarty, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif. Jakarta Penerbit Erlangga. Ma, & Wei, 2015. A comparative study of children’s concentration performance on picture books age, gender, and media forms. Interactive Learning Environments, 248, 1922–1937. doi Mulyasa. 2017. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Mutiasih, P. 2016. Literasi Dalam Membangun. Koran Sindo. Sabtu 11 Juni. Nurgiyantoro, B. 2016. Sastra Anak. Yogyakarta Gajah Mada University. Rahim, F. 2018. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta Bumi Aksara. Rahman, dkk. 2018. Literasi Dalam Konteks Keterampilan Komunikasi Abad 21Pada Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Bandung Universitas Pendidikan Indonesia. Sadulloh, U., dkk. 2019. Pedagogik Ilmu Mendidik. Bandung Penerbit Alfabeta. Tim Pengembang Pusat Pembinaan Badan Bahasa. 2016. Panduan Festival Literasi. Jakarta Kemendikbud. Wiedarti, P., dkk. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. ... Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yang diartikan sebagai memberdayakan manusia Elsani et al., 2019;Mutiasih et al., 2021;Yulina, 2014. Meskipun pendidikan merupakan gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat dan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut, dengan demikian selain bersifat universal pendidikan juga bersifat nasional Abidah et al., 2020;Green et al., 2020. ...I Made Arik Kt. Ngr. Semara PutraPenggunaan metode dan media pembelajaran yang kurang bervariasi membuat pembelajaran menjadi kurang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan media permainan kartu bergambar mengenai siklus hidup hewan kelas IV SD. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menggunakan model pengembangan ADDIE. Subjek penelitian yaitu ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, 3 siswa untuk uji coba perorangan dan 6-9 siswa uji coba kelompok kecil. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, metode wawancara dan metode penyebaran angket atau kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian review ahli isi mata pelajaran memperoleh kriteria sangat baik dengan skor 80%, review ahli desain pembelajaran memperoleh kriteria sangat baik dengan skor 90%. hasil review ahli media pembelajaran memperoleh kriteria sangat baik dengan skor 90% dan hasil uji perorangan memperoleh kriteria sangat baik dengan skor 90% dan e hasil uji coba kelompok kecil memperoleh kriteria baik dengan skor 87,2%. Maka, media permainan kartu bergambar ini layak digunakan dalam pembelajaran IPA khususnya materi mengenai siklus hidup hewan kelas IV SD. Implikasi pada penelitian ini adalah pemanfaatan kartu bergambar materi siklus hidup hewan dalam pembelajaran IPA memberi dampak positif bagi peserta didik dan guru.... In addition, Bolton-Gary 2012 states that emotional humorous and visual images and text elements of comics, including digital comics with sound effects, can help improve students' understanding of conceptual material. As stated by Mutiasih, P., 2021 illustrated stories get a very good response from students. Since it was tested on students, students have been interested in reading these illustrated stories over and over again. ...AwiDariyantoAlgebraic thinking is one of the skills needed at this time. Problem-solving activities dominate the ability to think algebraically, but in this case, the solution is not yet known. The solution that is possibly done can be through appropriate examples and self-discovered methods. Previous research found obstacles in algebraic thinking, namely epistemology obstacles, didactical obstacles, and conceptual obstacles. In addition, there is currently a lack of studies on learning media used to familiarize students with algebraic thinking since MI. This research aims to develop motion comic learning media based on digital literacy. The method used was Research and Development R&D, which involved 25 students of MI class IV. This study yielded design principles of digital literacy-based motion comic learning media that have mathematical material content whose context is adjusted to the learning process in the new normal era. Keywords algebraic thinking, digital literacy, design principles, MI REFERENCES Arifin, Z. 2012. Evaluasi pembelajaran. Bandung Remaja Rosdakarya. Bolton-Gary, C. 2012. Connecting Through Comics Expanding Opportunities for Teaching and Learning. US-China Education Review B4 389-395 Borg, & Gall, 1989. Educational Research An Introduction 5th ed.. New York Longman Booker, G., & Windsor, W. 2010. Developing algebrain c thinking Using problem-solving to build from number and geometry in the primary school to the ideas that underpin algebra in high school and beyond. Journal Procedia -Social and Behavioral Sciences, 85, 411– Creswell. 2012. Educational research. University of Nebraska-Lincoln Pearson Fraenkel, Wallen, & Hyun. 2011. How to design and evaluate research in education — 8th ed. MC Graw Hill. Hidayati, F. 2010. Kajian Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Yogyakarta dalam Mempelajari Aljabar. Skripsi Universitas negeri Yogyakarta. Dipublikasikan. Internal Correspondence Versi 2. 2013. Digital Comic Nearly Tripled. Online com/articles/news/ diakses pada 1 Mei 2014 Kaur & Dindyal. 2010. Mathematical Application and Modelling. Singapore. Word Scientific Publishing. Kilpatrick, J., Swafford, J. & Fidell, B. 2001. Adding It Up Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC national Academy Press Koba, Susan dan Anne Tweed. 2009. Hard-toteach Biology Concepts a Framework to Deepen Student Understanding. Arlington National Science Teachers H. C. 2004. Developing Algebraic Thinking in Early Grades Case Study of Korean Elementary School Mathematics. The Mathematics Educator. Vol. 8 No. 1. 88-106. Marsetyorini, A. D. & Murwaningtyas, C. E. 2012. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dan Pembelajaran Remedial dalam Materi Operasi Pada Pecahan Bentuk Aljabar Di Kelas VIII SMPN 2 Jetis Bantul. Prosiding Makalah dipresentasikan dalam Seminar nasional Matematika dan Pendidikan Matematika “Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa”. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UNY McCloud, Scott. 2006. Making Comics. New York Harper Collins Publishers Moyer, J., Huinker, D. A. & Cai, F. 2004. Developing Algebraic Thinking in the Earlier Grades A Case Study of the Investigations Curriculum. The Mathematics Educator. Vol. 8 No. 1. 6-38. Mutiasih, P., Iswara, P D., Nugraha, T., 2021. Pengembangan Buku Cerita Bergambar Bebasis Pendidikan Karakter Dalam Menumbuhkan Budaya Literasi Siswa Kelas II Sekolah Dasar. Jurnal Taman Cendekia Vol 5 1. NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, NCTM. Osa, Amanokawa. 2007. Guide to Draw Manga. Vol. 4. Yogyakarta ANDI Permatasari, B. A. D., dkk. 2015. Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Materi Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bangil. Kadikma, Vol. 6, No. 2, hal 119-130 Powell, & Fuchs, L. S. 2014. Does Early Algebraic Reasoning Differ as a Function of Students’ Difficulty with Calculations Versus Word Problems. Learn Disabil Res Pract, 29 3, 106-116 Pratama, S, Agustin, M., Bakti, TRS., 2021. Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Keseharian Aktivitas Pembelajaran Elektronik di Masa Pandemi Covid-19 Bagaimana Guru mengonstruksi Konten, Sikap dan Perilaku Siswa. Jurnal Taman Cendekia Vol. 05 1 Pratiwi, V., dkk. 2017. Upper Elemetary Grades Students’ Algebraic Thinking Ability in Indonesia. IJAEDU- International E-Journal of Advances in Education 3 9 p 705 Riduwan. 2010. Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula. Bandung Alfabeta. Rohani, A. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta Rineka Ciptani Ruseffendi, 2010. Dasar-dasar penelitian pendidikan dan bidang non eksakta lainnya. Bandung Tarsito Schmittau, J. & Morris, A. 2004. The Developing of Algebra in Elementary Mathematics Curriculum of Davydov. The Mathematics Educator. Vol. 8 No. 1. 60-87 Suherman, E. & Sukjaya, Y. 1990. Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung Wijaya Kusumah. Surapranata, S. 2006. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Warren, E., dkk. 2009. Equivalence and Equations in Early Years Classroom. APMC 14 1. Ika LestariThis study aims to design and develop a wordless picture book to improve the storytelling ability of level B kindergarten students. This research adopted the design and development model proposed by Lee and Owens 2004. Data collection techniques employed storytelling tests, open-ended questionnaire, interview, and observation. The needs analysis was conducted through a storytelling test. The expert judgment involved media experts, children literature experts, and early childhood instructional design experts to assess the prototype of Wordless Picture Book. Storytelling test, observation, and interview were used in the try out process. Quantitative data were obtained from pretest and posttest scores and the questionnaire for expert validation. Descriptive qualitative data analysis techniques were used to process the data interviews. Quantitative data analysis was used to examine the scores obtained from the pre and post-tests. The research produced 1 a wordless picture book design and b a product of wordless picture book which has been tested for its effectiveness, efficiency, uses, and practicality in improving children’s storytelling ability. Some implications and recommendations are also discussed. © 2018, Universitas Negeri Yogyakarta Yogyakarta State University. All rights reserved. Luz Carime BershThis article offers a contextual analysis of contemporary immigration issues impacting the institutions in the United States, in particular the school. It discusses the importance of addressing this theme in the classroom and presents its curricular value in the elementary and middle school social studies and interdisciplinary curricula. Using a picture book thematic text set on the topic of immigration allows for multiple curricular venues and connections through which teachers can address the complexities of immigration. Included is a recommended thematic text set annotated bibliography of twenty-three picture books of different reading levels about historical and mostly contemporary immigration issues. This annotated bibliography is a valuable curriculum resource for teachers because it supports the social studies’ curriculum and its integration with other subject areas, such as language arts and the arts. Each book's bibliographical information offers teachers suggested teaching focal themes and content knowledge, target processes of inquiry and discussion, and attitudinal dispositions that can be B. DemoinyJessica Ferraras-StoneIn this article the authors demonstrate how pairing master and counter narrative picture books, along with critical literacy practices, can be used to enhance the social studies curriculum outlined by state standards taught in today's elementary schools. These intentional book pairings allow students to grapple with what history truly means and to question how history is told. To facilitate an understanding of how such lessons could take place, a model lesson plan and a description of paired picture books that lend themselves to critical literacy lessons and that represent commonly taught elementary social studies content are provided. A list of resources is included to assist teachers in locating additional picture HsiaoPei-Yu ShihThis research aimed to investigate the use of picture books by preschool teachers to instruct environmental concepts and their influence on resource saving by children. The study adopted qualitative research as a method to investigate 11 children aged 5–6 years in Taiwan. In addition, we used “the environmental protector” as a main theme, and designed three sub-themes, which included the Impact of Human Activities on the Environment, the Rubbish Problem and Recycling, and Environmental Protection and Resource Saving. We used eight young children's picture books that were related to environmental education to carry out eight weeks of teaching. The result of the research discovered that children's environmental concepts had increased greatly following the activities. The children learned about different types of recovery and the recycling of reusable resources and the importance of recycling; children also understood how to reduce rubbish, and how to use less water, electricity, and paper, plus other eco-friendly behaviour. Children saved resources through their own actions; for instance, children used less water when washing their hands and brushing teeth and brought their own hankies to school. Moreover, children also used less drawing paper and turned off lights and televisions without being reminded to save electricity. However, the reuse of plastic bags was not improved. Janette KellyThere is a small body of work examining how picture books can be used with young children and their families to develop understandings of contemporary issues including diversity and practices towards inclusion. This article describes a study in one New Zealand kindergarten that explored teachers’ interpretations of children’s responses to a selection of picture books featuring same gender parented families. The research sought to go beyond traditional understandings of families and the dominant discourse of heteronormativity. Findings show that despite children reportedly being open to the possibilities of non-traditional families in their setting, and their play, teachers appeared hesitant to ask probing questions or fully engage with children’s thinking, or their own, to explore understandings in this area. Nevertheless, this research demonstrates that taking tentative steps towards making an alternative discourse available through the proactive use of curriculum resources does not have to be difficult’ or dangerous’. In inclusive educational settings, lesbian and gay headed families can be affirmed, and children can be supported to construct understandings about family’ outside of normative Pembangunan ManusiaStastistik Badan PusatBadan Pusat Stastistik. 2016. Indeks Pembangunan Manusia. Diakses melalui usia. Pada 14 Maret. pukul Can Write Children's Book. USA Writer's Digest BooksT E DilsDils, 2009. You Can Write Children's Book. USA Writer's Digest G GongA M IrkhamGong, A. G., & Irkham, A. M. 2012. Gempa akarta Perpustakaan Populer Karakter dalam Metode AktifRetno ListyartyListyarty, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif. Jakarta Penerbit comparative study of children's concentration performance on picture books age, gender, and media WeiMa, & Wei, 2015. A comparative study of children's concentration performance on picture books age, gender, and media forms. Interactive Learning Environments, 248, 1922-1937. doi 05. Mulyasa. 2017. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung PT Remaja Rosdakarya.
Prosesstimulasi tersebut tentunya harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan, salah satunya adalah dengan menggunakan buku cerita bergambar. Buka Kordula Schulze dari Muenster University, Jerman. Dihadapan mahasiswa S2 Dikdas PPs UNY dan mahasiswa S1 Sastra Inggris UNY, Kordula menjelaskan bahwa membuat konten buku cerita bergambar harus bukucerita bergambar yang berguna untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa sekolah dasar kelas 1. Prosedur penelitian pengembangan mo-del Bord dan Gall dapat dijelaskan seba-gai berikut. Studi Pendahuluan Tahap studi pendahuluan dilaksa-nakan sebagai langkah awal untuk men-gembangkan media buku cerita ber- .
  • kt856xw87l.pages.dev/719
  • kt856xw87l.pages.dev/25
  • kt856xw87l.pages.dev/252
  • kt856xw87l.pages.dev/692
  • kt856xw87l.pages.dev/82
  • kt856xw87l.pages.dev/757
  • kt856xw87l.pages.dev/578
  • kt856xw87l.pages.dev/83
  • kt856xw87l.pages.dev/11
  • kt856xw87l.pages.dev/986
  • kt856xw87l.pages.dev/164
  • kt856xw87l.pages.dev/553
  • kt856xw87l.pages.dev/262
  • kt856xw87l.pages.dev/135
  • kt856xw87l.pages.dev/10
  • cara membuat buku cerita bergambar